Listrik
telah ada sejak awal Jagad Raya itu sendiri. Sebelum kehidupan pada
planet bumi muncul, lebih dari empat trilyun tahun lalu,
sambaran-sambaran petir menerangi langit. Petir adalah salah satu dari
bentuk perwujudan dramatik di alam yang kita kenal sebagai listrik itu.
Bangsa
Yunani Kuno adalah pionir dalam keilmuan di Eropa. Thales dari Miletus
(625-547 SM) salah satu pemikir Yunani berupaya menyelidiki fenomena
yang kemudian kita kenal sebagai listrik dan magnet. Batu amber yang
digosok ternyata dapat mengangkat bulu ayam.
Gagasan tentang Listrik
Pada
awalnya keperluan percobaan, orang menghasilkan listrik sendiri, dengan
menggosokkan benda tertentu. Sekitar tahun 1600-an dalam bukunya ”de magnete”, William Gilbert (1544-1603) menunjukkan adanya gaya magnet dan listrik yang misterius. Dialah yang pertama menggunakan nama “electric”, dan barangkali yang membuat alat listrik pertama yang disebut “versorium”.
Pada
tahun 1767, Joseph Priestley (1733-1804) sebelum menjadi terkenal
sebagai penemu oksigen, menulis sejarah listrik dalam bukunya “The History and Present State of Electricity”.
Charles
de Coulomb (1736-1806) mempelajari tingkah laku muatan listrik, dan
mengusulkan apa yang disebut “Hukum Pangkat Dua” yaitu gaya tarik atau
tolak dua benda bermuatan listrik berubah menurut perbandingan pangkat
dua jaraknya, nama Coulomb kemudian dipakai untuk nama satuan muatan
listrik.
Aliran Muatan Listrik
Pada
tahun 1780, saat melakukan pembedahan kodok, Luigi Galvani (1737-1798)
mengamati bahwa bila pisaunya menyentuh urat syaraf pada kaki kodok itu,
maka kaki itu menegang, Galvani menduga bahwa ada listrik di dalam otot
kaki itu.
Sesudah
itu, Alessandro Volta (1745-1827) mendengar dugaan Galvani tersebut dan
menolaknya karena ia telah mengembangkan alat untuk menghasilkan muatan
listrik yaitu elektroporus. Pada tahun 1800 Volta mengumumkan bahwa ia
menemukan sumber listrik baru yang kemudian dikenal sebagai “Voltaic
Pile”.
Galvani
berpendapat bahwa listrik berasal dari badan binatang bila tersentuh
oleh dua batang logam, dan menyebutnya dengan “Listrik Binatang”. Di
lain pihak Volta berpendapat bahwa listrik itu berasal dari persentuhan
dua batang logam saja, dan karenanya ia menyebutnya dengan “Listrik
Logam”. Galvani dan Volta tidak sependapat dan demikian pula para
pendukungnya selama beberapa tahun. Sekarang kita tahu bahwa keduanya
tidak seluruhnya benar.
Henry Cavendish (1731-1810) memperkenalkan gagasan tentang “voltase” untuk menjelaskan bagaimana “dorongan listrik” ditimbulkan.
Leopold Nobili (1784-1835) membuat salah satu alat ukur listrik awal yang kemudian dikenal sebagai “Galvanometer”.
Dengan
bereksperimen menggunakan baterai, ilmuwan menemukan bahwa ada benda
yang dapat dialiri arus listrik yang kemudian disebut “konduktor” dan
ada yang tidak, yang kemudian disebut “isolator”.
Dalam
serangkaian percobaannya, Georg Ohm menunjukkan bahwa tidak ada
konduktor maupun isolator murni, tetapi setiap jenis benda mempunyai
sejumlah hambatan terhadap arus listrik. Kawat yang panjang memberikan
hambatan yang lebih besar daripada kawat yang lebih pendek, serta kawat
tipis memberikan hambatan yang lebih besar dari kawat yang tebal. Ini
kemudian menjadi dasar dari salah satu hukum rangkaian listrik yang
pokok, yaitu Hukum Ohm. ***
sumber
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar